Terima Kasih Aroma Kopi.

By
Terus mengingat Ayah yang sudah tak ada lagi di dunia ini ternyata bukan pekerjaan mudah. Dulu aku yakin betul bahwa aku pasti sanggup terus mengingat Ayah di setiap harinya. Tapi sekarang justru aku begitu takut, waktu merenggut semua kenangan bareng Ayah dari ingatanku. Karena banyak hal lain yang terjadi selama tujuh tahun ini, dan semua membuat aku mulai kesulitan mengulang bagaimana suara Ayah terdengar di dalam kepala.

Dan benar saja, hari ini apa yang aku takutkan terjadi, kegiatan hari ini benar-benar sukses bikin saya lupa sama hal lain, mulai dari jam 6 pagi sampai petang baru kelar. Pikiran saya hampir sepenuhnya dikuasi oleh pekerjaan ini.

Sampai akhirnya saat melangkah pulang melewati warung kaki lima bertenda biru tiba-tiba ada aroma kopi hitam yang menyeruak hidung, seketika memori tentang asyiknya guyonan sama Ayah sambil nyruput kopi bareng berkelebat di kepala.

Aku tahu bahwa tak pernah ada yang bisa selamanya ada atau selamanya bisa diingat, tapi terus berupaya mengingatmu bukanlah hal yang salah.

Meski mampu memiliki hal yang baru dengan begitu mudah, semoga kita punya watak merawat yang lama. 

Selamat malam.
.
.
Ayah.